Tentang Cinta #17

21.46 muthihaura 0 Comments


17Cinta tak kan pernah bisa dipaksa, karna cinta datang tanpa disadari.
Karla memijat keningnya. Penjelasan dosen didepan kelas bagaikan ‘bullet train’ yang melintasi terowongan telinganya. Masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.
            Gadis yang menggenakan bando berpita hijau itu menguap pelan. Karla menatap jam dipergelangan tangannya. 3 menit lagi. Ya, 3 menit lagi kelas akan bubar. Tapi menunggu 3 menit itu terasa lama bagi Karla.
            “Oke. Kita akhiri sampai disini. Jangan lupa makalahnya dikumpul minggu depan. Sekian dan trimakasih.” Dosen itu meraih bukunya dan berlalu meninggalkan ruang kelas.
            Karla bernafas lega. Direnggangkannya otot-otot tangannya. “Akhirnya pulang juga.” Karla merapikan buku diktatnya dan menenteng buku itu. 

            “Kar! Sini bentar deh.” Adit melambaikan tangannya seakan memberi isyarat untuk Karla menghampiri kursinya dipojok paling belakang. “Apaan sih? Lo yang kesini.”
            “Lo dong yang kesini. Gue ada sesuatu nih buat lo.” Mendengar kata ‘sesuatu’ kontan Karla berjalan menuju Adit dengan senyum sumbringah.
            “Dasar! Kalau dikasih sesuatu aja cepat datangnya.”
            “Apaan sih? Buruan! Mau pulang ini.” Adit tersenyum sok misterius, membuat Karla menatap dengan keheranan. “Nih buat lo. Hadiah ulang tahun.” Adit memberikan sebuah kandang besi berukuran kecil.

            Karla menatap kandang itu dengan tatapan tak mengerti? “Lo pasti mau ngasi gue kelinci kan? Pengganti Farran yang dah mati iya kan?” Mata Karla berbinar senang. Gadis itu menatap isi kandang dengan teliti.
            “Kok nggak ada kelincinya?” tanya Karla heran. Adit tertawa saat menatap Karla. “Ini, masih ada dalam kotak. Buka deh kotaknya.” Adit memberikan sebuah kardus berukuran besar dihadapan Karla.
            Karla mengernyit tak mengerti. “Awas aja kalau lo ngerjain gue ya?” Karla meletakkan kandang besi itu dan mulai membuka kardus itu. Setelah kardus itu terbuka, Karla melongok kedalam kardus.


            “Aaaa! Tikus.” Teriak Karla sembari menjatuhkan kardus dari tangannya.
            “Heee! Lihat baik-baik, itu bukan tikus!” Adit meraih kardus itu sembari tertawa. Karla tampak ketakutan. “Lho ngapain coba ngasi gue tikus? Gue nggak mau pelihara tikus!”
            “Ini hamster, bukan tikus! Lihat deh, lucu kan?” terang Adit sembari meraih tubuh hamster kecil itu dan meletakkan diatas telapak tangan kirinya. Karla bergidik ngeri sembari mundur beberapa langkah. 

            “Lo itu! Nggak ngehargain pemberian gue banget sih. Lihat deh lucunya hamster dari pada kelinci!” Adit setengah kesal. “Bukan nggak ngehargain Dit, tapi kan gue geli lihat kecil-kecil berbulu gitu.
            “Pokoknya gue nggak mau tau, lo harus nyimpan hamster ini. Namanya Ladit!” Karla cemberut, namun akhirnya meraih kandang besi itu. “Iya iya. Masukin dong! Apaan tuh Ladit? Jelek amat!”
            “LADIT=karLADIT tau.” Adit menjelaskan sembari memasukkan hamster itu kedalam kandangnya. Karla manggut-manggut seakan mengerti.
*@muthiiihauraa*
            Grasia duduk terpaku. Pikiran gadis itu mengembara entah kemana. Berkali-kali Grasia menghela nafas pelan. Disinilah kini ia duduk, dishofa ruang tamu rumah Kevin.

            “Jadi gue harus gimana Ran? Gue bener-bener nggak kuat liat Kevin kaya gitu. Gue nggak kuat lihat dia serapuh itu.” Tetesan air mata lagi-lagi menyentuh pipi putih Grasia.
            Farran menghela nafas. Jujur, ia juga baru tau bahwa ternyata dibalik sifat cuek seorang Kevin tersimpan kerapuhan. “Lo temui dia dirumahnya. Kuatin dia karna gue yakin dia memang butuh itu.” 

            “Tapi. Tap—”Farran meraih tangan Grasia. “Percaya sama gue. Dia nggak bakal ngusir lo. Lo harus berani oke?”
            Grasia menatap mata Farran. Ada kenyamanan yang terpencar lewat mata itu. Gadis itu pun mengangguk pelan.

            “Ngapain kesini?” Pertanyaan sinis dari Kevin membuat Grasia terhenyak dan memandang cowok itu dalam-dalam. Grasia mencoba tersenyum.
 “Gue cuma mau tau kondisi lo doang kok, tapi kalau memang lo nggak ngizinin gue kesini ya udah gue balik aja deh.” Grasia berdiri dan hendak melangkah menuju pintu. 

“Oke, nggak apa kok. Duduk.” Ada rasa tak tega didiri Kevin untuk mengusir Grasia. Grasia tersenyum super duper manis, lalu kemudian duduk disamping Kevin.
“Maafin gue ya Kev?”
“Seharusnya gue yang minta maaf sama lo. Maaf ya.” kata Kevin tulus. Lagi-lagi untuk yang keberapa kalinya Grasia tersenyum. Ditatapnya wajah pucat Kevin.
“Lo sakit Kev?” Tangan Grasia menyentuh kening Kevin.
“Assalamu’alaikum. Aku pulang!” Karla membuka pintu rumahnya. Ditangan kiri gadis itu tertenteng kandang besi khusus Ladit. Karla tertegun saat menyaksikan sebuah adengan dimana tangan Grasia masih menempel dikening Kevin.
Karla berdehem pelan, membuat Grasia buru-buru menurunkan tangannya dan menatap kaget kearah Karla. Ngapain ni cewek ikut-ikutan kerumah Kevin? Ganggu aja deh! Grasia menggerutu didalam hati sembari menatap tajam kearah Karla.

Karla juga menatap tajam kearah Grasia. Nenek lampir itu ngapain disini sih? Bikin mual aja! “Apaan tuh dek?” tanya Kevin sambil menatap kearah kandang hamster yang ditangan Karla.
“Kandang hamster kak. Dari Adit.” jelas Karla tanpa diminta. Grasia terpaku mendengar perbincangan Karla dan Kevin. “Tadi diantar pulang siapa Aya?”
“Adit Kak. Uhm, Aya kekamar dulu ya Kak Ivin? Ngantuk plus capek.” Karla melangkahkan kakinya meninggalkan ruang tamu. “Oh ya kak, pacaran nggak usah dirumah ini deh ya!” Karla berhenti sembari menatap sinis kearah Grasia.
Grasia menunduk. Mampus! Ternyata dia adik Kevin. Shit! Kenapa gue stupid banget sih!

Baca Artikel Populer Lainnya

0 komentar: