Tentang Cinta #17
17Cinta tak kan pernah bisa dipaksa, karna cinta datang tanpa
disadari.
Karla memijat
keningnya. Penjelasan dosen didepan kelas bagaikan ‘bullet train’ yang melintasi terowongan telinganya. Masuk dari
telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.
Gadis
yang menggenakan bando berpita hijau itu menguap pelan. Karla menatap jam
dipergelangan tangannya. 3 menit lagi. Ya, 3 menit lagi kelas akan bubar. Tapi
menunggu 3 menit itu terasa lama bagi Karla.
“Oke.
Kita akhiri sampai disini. Jangan lupa makalahnya dikumpul minggu depan. Sekian
dan trimakasih.” Dosen itu meraih bukunya dan berlalu meninggalkan ruang kelas.
Karla
bernafas lega. Direnggangkannya otot-otot tangannya. “Akhirnya pulang juga.”
Karla merapikan buku diktatnya dan menenteng buku itu.
“Kar!
Sini bentar deh.” Adit melambaikan tangannya seakan memberi isyarat untuk Karla
menghampiri kursinya dipojok paling belakang. “Apaan sih? Lo yang kesini.”
“Lo
dong yang kesini. Gue ada sesuatu nih buat lo.” Mendengar kata ‘sesuatu’ kontan
Karla berjalan menuju Adit dengan senyum sumbringah.
“Dasar!
Kalau dikasih sesuatu aja cepat datangnya.”
“Apaan
sih? Buruan! Mau pulang ini.” Adit tersenyum sok misterius, membuat Karla
menatap dengan keheranan. “Nih buat lo. Hadiah ulang tahun.” Adit memberikan
sebuah kandang besi berukuran kecil.
Karla
menatap kandang itu dengan tatapan tak mengerti? “Lo pasti mau ngasi gue
kelinci kan? Pengganti Farran yang dah mati iya kan?” Mata Karla berbinar
senang. Gadis itu menatap isi kandang dengan teliti.
“Kok
nggak ada kelincinya?” tanya Karla heran. Adit tertawa saat menatap Karla.
“Ini, masih ada dalam kotak. Buka deh kotaknya.” Adit memberikan sebuah kardus
berukuran besar dihadapan Karla.
Karla
mengernyit tak mengerti. “Awas aja kalau lo ngerjain gue ya?” Karla meletakkan
kandang besi itu dan mulai membuka kardus itu. Setelah kardus itu terbuka, Karla
melongok kedalam kardus.
“Aaaa!
Tikus.” Teriak Karla sembari menjatuhkan kardus dari tangannya.
“Heee!
Lihat baik-baik, itu bukan tikus!” Adit meraih kardus itu sembari tertawa.
Karla tampak ketakutan. “Lho ngapain coba ngasi gue tikus? Gue nggak mau
pelihara tikus!”
“Ini
hamster, bukan tikus! Lihat deh, lucu kan?” terang Adit sembari meraih tubuh
hamster kecil itu dan meletakkan diatas telapak tangan kirinya. Karla bergidik
ngeri sembari mundur beberapa langkah.
“Lo
itu! Nggak ngehargain pemberian gue banget sih. Lihat deh lucunya hamster dari
pada kelinci!” Adit setengah kesal. “Bukan nggak ngehargain Dit, tapi kan gue
geli lihat kecil-kecil berbulu gitu.
“Pokoknya
gue nggak mau tau, lo harus nyimpan hamster ini. Namanya Ladit!” Karla cemberut,
namun akhirnya meraih kandang besi itu. “Iya iya. Masukin dong! Apaan tuh
Ladit? Jelek amat!”
“LADIT=karLADIT
tau.” Adit menjelaskan sembari memasukkan hamster itu kedalam kandangnya. Karla
manggut-manggut seakan mengerti.
*@muthiiihauraa*
Grasia
duduk terpaku. Pikiran gadis itu mengembara entah kemana. Berkali-kali Grasia
menghela nafas pelan. Disinilah kini ia duduk, dishofa ruang tamu rumah Kevin.
“Jadi gue harus gimana Ran? Gue bener-bener
nggak kuat liat Kevin kaya gitu. Gue nggak kuat lihat dia serapuh itu.” Tetesan
air mata lagi-lagi menyentuh pipi putih Grasia.
Farran
menghela nafas. Jujur, ia juga baru tau bahwa ternyata dibalik sifat cuek
seorang Kevin tersimpan kerapuhan. “Lo temui dia dirumahnya. Kuatin dia karna
gue yakin dia memang butuh itu.”
“Tapi.
Tap—”Farran meraih tangan Grasia. “Percaya sama gue. Dia nggak bakal ngusir lo.
Lo harus berani oke?”
Grasia
menatap mata Farran. Ada kenyamanan yang terpencar lewat mata itu. Gadis itu
pun mengangguk pelan.
“Ngapain
kesini?” Pertanyaan sinis dari Kevin membuat Grasia terhenyak dan memandang
cowok itu dalam-dalam. Grasia mencoba tersenyum.
“Gue cuma mau tau kondisi lo doang kok, tapi
kalau memang lo nggak ngizinin gue kesini ya udah gue balik aja deh.” Grasia
berdiri dan hendak melangkah menuju pintu.
“Oke,
nggak apa kok. Duduk.” Ada rasa tak tega didiri Kevin untuk mengusir Grasia.
Grasia tersenyum super duper manis, lalu kemudian duduk disamping Kevin.
“Maafin
gue ya Kev?”
“Seharusnya
gue yang minta maaf sama lo. Maaf ya.” kata Kevin tulus. Lagi-lagi untuk yang
keberapa kalinya Grasia tersenyum. Ditatapnya wajah pucat Kevin.
“Lo sakit
Kev?” Tangan Grasia menyentuh kening Kevin.
“Assalamu’alaikum.
Aku pulang!” Karla membuka pintu rumahnya. Ditangan kiri gadis itu tertenteng
kandang besi khusus Ladit. Karla tertegun saat menyaksikan sebuah adengan
dimana tangan Grasia masih menempel dikening Kevin.
Karla
berdehem pelan, membuat Grasia buru-buru menurunkan tangannya dan menatap kaget
kearah Karla. Ngapain ni cewek
ikut-ikutan kerumah Kevin? Ganggu aja deh! Grasia menggerutu didalam hati
sembari menatap tajam kearah Karla.
Karla juga
menatap tajam kearah Grasia. Nenek lampir
itu ngapain disini sih? Bikin mual aja! “Apaan tuh dek?” tanya Kevin sambil
menatap kearah kandang hamster yang ditangan Karla.
“Kandang
hamster kak. Dari Adit.” jelas Karla tanpa diminta. Grasia terpaku mendengar
perbincangan Karla dan Kevin. “Tadi diantar pulang siapa Aya?”
“Adit Kak.
Uhm, Aya kekamar dulu ya Kak Ivin? Ngantuk plus capek.” Karla melangkahkan
kakinya meninggalkan ruang tamu. “Oh ya kak, pacaran nggak usah dirumah ini deh
ya!” Karla berhenti sembari menatap sinis kearah Grasia.
Grasia
menunduk. Mampus! Ternyata dia adik
Kevin. Shit! Kenapa gue stupid banget sih!
0 komentar: