Tentang Cinta #18
18
Karla menghampiri Angga yang tengah
sibuk dengan laptopnya. Direbahkannya tubuhnya disamping Angga. Lelaki setengah
baya itu menatap heran kearah Karla.
“Pa?
Papa lagi sibuk ya?” Karla bertanya basa-basi. Tanpa ditanya pun sebenarnya
Karla sudah tau kalau Angga tengah sibuk. “Ya.” jawab Angga singkat. Tatapan
mata lelaki itu masih terfokus dengan laptopnya.
“Owh.
Pa? Kak Ivin mana ya?” tanya Karla karna sudah sejak tiga hari yang lalu Kevin
tak kelihatan. Terakhir kali mereka ketemu itu saat ada Grasia dirumah dan kini
Karla merasa kesepian.
“Nggak
tau. Paling keluyuran.” Angga menanggapi tanpa bersemangat, padahal dalam
hatinya ia sangat mencemaskan keadaan putra lelakinya itu. Belum pernah Kevin
tak pulang sampai tiga hari seperti ini.
Baca Juga : TENTANG CINTA #17
Angga
menghela nafas pelan sembari mencoba merilekskan tubuhnya. Karla menatap wajah
Angga. “Apa Papa nggak khawatir? Hp Kak Ivin juga nggak aktif.”
Tentu saja Papa khawatir Kar! Angga
membatin. “Dia sudah cukup dewasa.” Jawab Angga simple. Lelaki itu mencoba
menyembunyikan kekhawatirannya.
Karla
menghembuskan nafas kesal. Gadis itu benar-benar tak mengerti dengan jalan
pikiran sang papa. Karla meraih HP dari saku celananya, lalu menghubungi no
Kevin.
“Aduh
kak! Angkat dong. Lo dimana sih?” Karla terlihat amat khawatir. Gadis itu
menggerutu kesal dan menghentakkan kakinya saat panggilannya hanya dijawab oleh
operator.
Angga
menatap Karla dari sudut matanya. Tangan lelaki itu bermain-main diatas laptop,
seakan berpura-pura tengah mengerjakan sesuatu. “Pa! Pokoknya kalau Kak Ivin
belum pulang juga lewat jam dua belas malam nanti, kita harus lapor polisi!”
ujar Karla berapi-api.
Karla
tak menunggu jawaban dari Angga. Gadis berambut pirang itu berlari menuju
tangga kearah kamarnya. Lagi-lagi untuk yang keberapa kalinya, Angga menghela
nafas.
Ditatapnya
photo Kevin yang ada dilaptopnya. “Kemana sih kamu Vin? Aya khawatir itu, Papa
juga khawatir. Kamu marah ya sama Papa?” ucap Angga pelan.
Sebenarnya
Angga menyadari bahwa ia telah menelantarkan kedua buah hatinya. Dia telah
menelantarkan dua anak yang sangat dikasihinya, semua itu karna ia membenci
mantan istrinya.
*@muthiiihauraa*
Grasia
mengaduk-aduk ice caffe latte-nya
dengan tak bersemangat. Bayangan-bayangan wajah Kevin memenuhi ruang otak
Grasia. Gadis itu berdehem pelan.
Ditatapnya
jam dan tanggal dari layar Hp-nya. 13 September 2013. Harusnya hari ini menjadi
hari bahagia buatnya karna hari ini ia ulang tahun, tapi satu pun orang tak ada
yang ingat.
Tuhan berikanlah aku cinta
Untuk temaniku dalam sepi
Tangkap aku dalam kerah-Mu
Biarkanlah aku punya cinta
Tuhan berikanlah aku cinta
Aku juga berhak bahagia
Alunan
lagu Tuhan beri aku cintanya Ayu Shita mengalun memenuhi ruangan café. Lagu
yang membuat Grasia semakin galau. Tetesan bening mengalir lembut dipipi putih
gadis itu.
Aku selalu sakit dalam cinta. Grasia
berkali-kali menghela nafas pelan. Tayangan episode tiga hari yang lalu dirumah
Kevin berputar dibenak gadis itu.
“Itu siapa
Kev? Adik lo?” Grasia dan Kevin menatap kepergian Karla. Pandangan cowok itu
nanar. “Ya dan seharusnya kami nggak bersaudara.” Jawab Kevin enteng, membuat
Grasia memandang tak mengerti.
“Maksud
lho? Dia adik angkat gitu?” Kevin merebahkan kepalanya pada penyangga shofa,
seakan malas membahas tentang ia dan Karla. “Pengennya sih dia adik angkat gue,
tapi sayangnya nggak gitu.”
Alis mata
Grasia bertaut tak mengerti. “What are you talking about. I don’t understand.”
Ucap Grasia. Kevin mengangkat wajahnya dan memandang Grasia dalam-dalam.
Memandang gadis itu tepat dimanik matanya.
Grasia
gamang. Mata itu adalah mata yang dilihat Grasia saat Kevin tengah down. Grasia
mengalihkan pandangannya, namun Kevin meraih dagu Grasia dan kembali mensejajarkan
pandangan mereka.
“Dia adik
kandung gue dan lo tau parahnya apa?” tanya Kevin datar. Grasia bergidik pelan.
Entah kenapa mata Kevin seakan menembus jantungnya.
“Apa?”
Grasia menahan nafas. “Parahnya gue mencintai dia lebih dari saudara.” Kata Kevin
pelan, tapi cukup membuat Grasia mendengar semuanya. Tentu saja Grasia shok.
“Dia yang
udah buat nama lo nggak pernah bisa masuk ke hati gue. Gue mencintainya dan
sayangnya gue nggak akan pernah bisa mendapatkannya.” lanjut Kevin. Serasa ada
petir yang menyambar kepala Grasia.
Sebisa
mungkin gadis itu menahan tangisnya. “Cinta gue ke dia adalah cinta yang
melanggar norma agama dan social. Cinta yang tak akan pernah dipersatukan oleh
apa pun! Dan dari pada gue nggak dapetin dia and ngelihat dia sama orang lain,
lebih baik gue mati.”
Tangis
Grasia semakin kencang. Bahunya berguncang seirama dengan tangisannya.
Samar-samar Grasia mendengar dari meja dibelakangnya dua orang cowok tengah
membicarakan Karla.
Ditengah
sisa tangisnya, Grasia menajamkan telinga agar mendengar lebih jelas arah
pembicaraan dua cowok dimeja belakangnya itu.
“Jadi
lo beneran mencintai Karla, Dit?” tanya Farran. Tatapan mata cowok itu tajam.
Adit tersenyum santai sembari meraih kentang gorengnya. “Jawab pertanyaan gue!
Gue nggak punya waktu lama disini apalagi bareng lo!”
Adit
tertawa. “Woles mas bro! Menurut lo gimana?” Adit menghidupkan rokoknya dan
menghembuskan asap rokok itu tepat dihadapan wajah Farran. Farran menatap Adit
kesal sembari menahan emosinya.
“Gue
harap lo mundur deh karna sebentar lagi Karla bakal jadi milik gue.”
“Mundur?”
Adit mencibir pelan. “Nggak usah mimpi deh lo wahai kakak ketua BEM yang
terhormat. Mending lo deh yang mundur!” kata Adit. Farran tertawa sinis melihat kesombongan
diwajah dan perkataan Adit.
“Oke,
lebih baik kita bersaing secara Fair
deh, gimana?”
Grasia
menghela nafas pelan. Sama sekali tak tertarik lagi untuk mendengarkan obrolan
dua pemuda yang memiliki perasaan yang sama itu. Tentu saja dua pemuda itu
adalah Adit dan Farran.
Grasia
menegak ice caffe latte-nya. Sama
sekali tak bernafsu sedikit pun untuk menyentuh burger pesanannya. Gadis itu
menerawang pelan.
Enak banget jadi lo ya Kar! Banyak yang sayang. Banyak yang
cinta. Banyak yang peduli. Termasuk Kevin, orang yang gue cintai. Gue juga
pengen kaya lo. Gue juga pengen ngerasain rasanya dicintai. Nggak salahkan? Batin Grasia.
Jika kuhadir untuk disakiti
Biarlahku pergi jauh dan sendiri
Tanpa ada kamu, siapapun disini
Kumenangis
Kebodohanku tlah anggap dirimu
Kan baik untukku, butakan hatiku
(Geisha-Kenangan hidupku)
*@muthiiihauraa*
Karla
mematung dibalkon kamarnya sembari menatap bintang dilangit. Angin malam
menerpa lembut rambut pirang kecoklatan milik gadis itu. “Hey tikus jelek! Lo
tau nggak kakak gue kemana?”
Karla
menatap hamster pemberian Adit yang ia letakkan dimeja balkon kamarnya. Hamster
itu hanya diam, sama sekali tak menjawab pertanyaan Karla.
“Uuh. Lo
kenapa nggak ngejawab sih? Btw, majikan lo si Adit itu lagi ngapain ya?
Tega-teganya dia ngasih tikus jelek ke gue! Beda banget dengan Kak Farran yang
ngasi kelinci unyu.”
“Emang
kayanya gue udah gila nih!” Karla memukul kepalanya saat menyadari ia berbicara
sendiri dengan hamster yang sama sekali tak mengerti kata-katanya.
Malam ini
Karla memikirkan lebih dalam tentang perasaan hatinya. Tentang kemana ia akan
menyerahkan perasaannya. Gadis itu menyadari bahwa ada dua orang cowok yang
memiliki pesona yang mampu menyentuh hatinya dengan cara mereka masing-masing.
Ya, Adit
dan Farran. Dua orang yang entah kenapa bisa buat Karla nyaman dan senang
berada didekat mereka, padahal awal pertemuan mereka itu tidak lazim. Ibaratnya
bagaikan Tom and Jerry. Memang benar kata orang bahwa cinta dan benci itu beda
tipis.
Karla
menghela nafas pelan. Ditatapnya hamster itu dan kemudian mengembangkan senyum.
“Cinta memang tak akan pernah bisa dimengerti. Cinta cuma bisa dirasakan dari
hati yang benar-benar tulus.” ucap Karla seolah diminta mendefinisikan tentang
hakikat cinta.
Wajah Adit
dan Farran muncul dibenak Karla. Entah kenapa Karla sangat yakin kalau hatinya
lebih condong ke Farran. Kakak power
rangers, mawar merah, kelinci, taman, surat. Aaah, romantic bukan? Lagi-lagi
gadis itu mengembangkan senyumnya.
Hp
Karla bergetar diatas meja menandakan sebuah SMS masuk, Karla meraih Hp itu dan
kemudian membuka SMS-nya.
From : Kaka Kelinci
>,<
Malam Aya. Lagi apa? Besok ketemuan
yok habis Kul. Jam berapa keluar kuliahnya?
Karla
melonjak senang menatap layar Hp-nya. Mata gadis itu berbinar pelan. “Asiiik!”
sorak Karla. Buru-buru dibalasnya SMS Farran.
0 komentar: