Tentang Cinta #19
19
Angga
duduk gelisah di ruangan kantornya. Tak sedikit pun disentuhnya
pekerjaan-pekerjaan yang menumpuk dimejanya. Lelaki itu menghela nafas pelan,
lalu memijit-mijit keningnya yang terasa berdenyut-denyut.
“Permisi
Pak, nanti ada rapat dengan PT.Insan Pratama.” Seorang wanita muda dengan baju
rapi memasuki ruangan Angga, membuat Angga sedikit tersentak kaget.
“Cancel
aja, saya lagi nggak enak badan.” Jawab Angga mengampangkan. Sekretaris muda
itu mengerutkan keningnya. “Tapi ini k—”
“Saya
nggak mau dengar tapi-tapian. Kalau saya suruh cancel ya cancel aja!” bantah
Angga. Sekretaris itu tertegun, lalu kemudian mengangguk. “Baik Pak. Permisi.”
Baca Juga: TENTANG CINTA #18
Angga
menghembuskan nafasnya kesal. Bayangan wajah Kevin yang nggak pulang-pulang
memenuhi ruang benak Angga. “Kemana sih kamu Vin? Maafin Papa ya?”
*@muthiiihauraa*
“Aaaa,
Dufan! Udah lama gue nggak kesini kak!” Karla terlonjak senang saat mereka baru
saja keluar dari mobil Farran. Cowok itu tersenyum memandangi kebahagiaan yang
terpencar jelas dari wajah Karla.
“Lo
suka?”
“Suka
banget! Udah lama nggak kesini! Ayo masuk!” Dengan semangat Karla menarik
tangan Farran. “Kita main apa dulu nih? Kora-kora ayok? Power surge juga seru
tuh!” Farran mengusulkan yang langsung disambut gelengan kepala oleh Karla.
“Takut
gue!”
“Ya
udah, elo aja yang nentuin permainannya.” Usul Farran. Karla mengangguk setuju
sembari mengembangkan senyum manisnya. Membuat Farran betah melihat senyum itu.
Karla
mengatuk-ngatukkan jarinya didahi, seakan tengah berfikir. “Ayo main komidi
putar!” Farran ternganga sembari melotot. Tanpa sempat berfikir, tangan cowok
itu udah ditarik Karla.
Farran
menutup mukanya setengah malu saat melihat dikanan-kirinya hanya anak kecil
yang memandang mereka dengan tatapan aneh. Aduh
Karla! karla! Tapi ngelihat lo tersenyum gitu, gue senang kok.
“Kak? Setelah ini kita ke istana boneka,
rumah miring dan rumah cermin ya!” ujar Karla sembari tersenyum. Farran menatap
Karla dan akhirnya mengangguk.
Baca Juga: TENTANG CINTA #15
Istana boneka? Astaga! Gue belum pernah
masuk kesana. Rumah miring? Hadooh! Rumah cermin apaan lagi coba? Oh god!
Ternyata gadis ini masih sangat-sangat polos, beda dengan Grasia yang sangat
anti dibawa kesini. What? Kok jadi mikirin Grasia?
*@muthiiihauraa*
Karla
merentangkan tangannya. “Huaah! Capek.” Gerutu gadis itu pelan. Farran
tersenyum. Ditangan cowok itu sudah tertenteng kameranya. Berkali-kali kamera
itu ia bidikkan ke Karla atau kepemandangan yang menurutnya bagus.
Karla
menegak cola-colanya. Membiarkan cola-cola itu membasahi kerongkongannya.
Pandangan Farran tertuju pada cewek disampingnya. Diperhatikannya wajah cewek
itu dalam-dalam.
“Diih!
Ngapain sih ngelihatin segitunya kak?”
“Lo
cantik.” Kalimat itu mampu membuat Karla tertegun beberapa saat dan wajah gadis
itu bersemu merah. Karla menunduk, sebisa mungkin mengatur ritme nafasnya.
“Baru
nyadar kalau gue cantik kak?” Balas Karla yang tampaknya sudah berhasil keluar
dari rasa malunya. Farran tertawa sembari mengacak pelan rambut Karla.
“Rambut
gue jangan diacak-acak kak!” Karla menggerutu kesal. Senyum jail Farran semakin
mengembang. “Aya. Gue mau ngomong serius nih.” Farran menatap manic mata Karla.
“Apaan
kak?” tanya Karla. Gadis itu menduga-duga kearah mana pembicaraan Farran ini. Apakah
hendak menyatakan cinta untuknya atau tidak. Karla tersenyum simpul.
“Gue
nggak mau ngeombal atau apa sejenisnya. Gue cuma ngerasa kalau sejak gue kenal
lo ada ‘something’ tentang lo yang nggak bisa lepas dari benak gue.”
Karla
tertegun sembari mencoba meresapi setiap kata demi kata yang terlontar dari
mulut Farran. Rasa deg-degan itu kembali muncul. Karla menunduk pelan. Gadis
itu merasakan pipinya panas.
“Kar.
Tatap gue dong. Gue disamping lo ini, bukan dibawah.” Karla melonggakkan
kepalanya. Semburat merah jambu bersinar dipipi gadis itu. Farran tertawa saat
mengetahui ternyata gadis disampingnya bisa tersipu malu juga.
“Lo
mau nggak jadi pacar gue?” tanya Farran tanpa basa-basi. OMG! Dia nembak aku! Aku jawab apa nih? Karla masih diam, padahal
mulutnya ingin sekali berkata ‘IYA. MAU!’
“Kar?
Gimana? Do you would to be my girld?”
Belum sempat Karla menjawab, Hp Farran berbunyi. “Bentar ya.” Farran mengangkat
Hpnya dan berjalan agak menjauhi Karla.
“Iya
Ma? Haa? Apa? Oke. Aku bakal kesana.” Farran menutup teleponnya, lalu
memasukkannya kedalam saku. Cowok itu melangkah dengan lesu menuju Karla.
“Kenapa
kak? Siapa yang nelpon?” tanya Karla khawatir melihat perubahan dari raut wajah
cowok dihadapannya yang sebentar lagi akan menjadi pacarnya itu.
“Kar,
aduh sory banget ya! Tadi nyokap gue, katanya Grasia dirumah sakit karna dia
nyoba bunuh diri. Gue harus kesana sekarang juga! Lo bisa pulang sendiri kan?
Ini uang taxinya. Maaf banget!” Farran meraih tangan Karla dan menaruh uang
lima puluh ribuan digenggaman gadis itu.
Dengan
terburu-buru Farran menghampiri motornya dan melaju meninggalkan Karla dengan
perasaan yang tak terbentuk. Dari kaca spion, Farran menatap Karla dengan
perasaan bersalah.
Maafin gue Kar, gue nggak tau kenapa gue
bisa sekhawatir ini dengan Grasia. Saking khawatirnya gue nggak bisa nganterin
lo pulang karna gue pengen langsung kerumah sakit.
Gue sayang
sama lo, tapi saat ngelihat Grasia kaya gitu gue nggak kuat. Gue ngerasa sakit
saat ngedengar dia mencoba bunuh diri. Apa gue mencintai Grasia?
*@muthiiihauraa*
“Shit!
Sialan tu cowok!” Adit menggerutu kesal. Tangan cowok itu mengepal saat melihat
dengan mata kepalanya sendiri bahwa Farran meninggalkan Karla demi seorang
Grasia.
Ya,
memang Adit mengikuti Karla dan Farran sedari tadi. Adit merasa sakit saat
melihat Karla duduk berjongkok sembari menangis. Wajah gadis itu sudah kumal.
Adit
ngerasain gimana sakitnya Karla saat ini. “Tenang Kar! Nanti gue akan balas
cowok sialan itu!” Adit berjalan menghampiri Karla. “Kar? are you oke?” Adit mengutuk dirinya karna sudah bertanya hal yang
super tidak penting.
Karla
mendongak menatap kedatangan Adit. Buru-buru gadis itu menghapus air matanya.
“Dit? Kok bisa disini?” Sebisa mungkin Karla tersenyum.
“Lo
kalau mau nangis ya nangis aja. Dari pada dipendam malah bikin tambah sakit.”
Adit duduk disamping Karla sembari membelai rambut gadis itu.
“Nih,
gue kasih pundak gue buat lo nangis.” Adit merengkuh kepala Karla kepundaknya.
Membiarkan gadis itu membasahi pundaknya dengan air mata. Karla menatap ragu,
lalu kemudian kembali menangis.
“Lo
boleh nangis sepuas yang lo mau. Lo boleh keluarin semua rasa sakit hati lo
dengan mukul gue atau lo boleh marah-marahin gue sepuas lo. Tapi lo harus janji
setelah ini lo nggak boleh nangis lagi demi seorang Farran!”
Karla
mengangguk pelan. “Makasih ya Dit.” Adit mengeluarkan sapu tangannya, lalu
diberikannya sapu tangan itu pada Karla. “Hapus ingusnya! Meler itu.”
Karla
memukul lengan Adit. “Iih lo itu!” Ada senyum samar yang terseungging disudut
bibir Karla.
“Enggak
ding! Udah, ayo nangis lagi. Supaya lega!”
Gue pengen selalu ada disamping lo kaya
gini. Ngehapus setiap air mata yang jatuh dari pipi ranum lo. Nguatin lo kalau
lo dalam masalah. Gue ingin selalu jadi bagian terpenting dalam hidup lo Karla!
Bersambung...
0 komentar: