Tentang Cinta #20

21.27 muthihaura 0 Comments


20
Tangan Grasia bergerak pelan, membuat Farran yang menjaga cewek itu menatap senang. Grasia membuka matanya. “Gras? Alhamdulillah lo udah sadar.” Senyum Farran mengembang senang.
            Grasia menatap bingung. “Gue uhuk ba—”
            “Udah, lo nggak usah banyak ngomong. Lo itu bikin gue dan nyokap gue khawatir aja!” tukas Farran. Grasia memandang Farran. “Lo kha—watir sa—ma gue?” tanya Grasia terbata-bata.

Baca Juga : TENTANG CINTA #15



            Farran meraih tangan Grasia dengan pelan. “Iya, gue khawatir sama lo. Lain kali jangan ngelakuin hal bodoh lagi ya? Gue takut kehilangan lo.” Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Farran. Bukan sebuah kebohongan, tapi itulah yang ada dihatinya.
            “Jangan pernah berniat ninggalin gue lagi Gras!”
*@muthiiihauraa*
            Karla menyantap makan malamnya dengan tak berserela. Ditatapnya kursi disampingnya yang kosong. Biasanya kursi itu diduduki oleh Kevin. Gadis cantik itu menghela nafas, lalu melirik sekilas kearah Angga. Ada perasaan tak enak yang dirasakannya.
            Karla mengaduk-aduk makanannya. “Kenapa nggak dihabisin?” Angga menatap Karla, membuat Karla sedikit kaget karna biasanya Angga tak pernah peduli.
            “Nggak nafsu Pa.” Karla menjawab enteng dan lalu menegak susu coklatnya. “Kepikiran kakakmu ya?” tanya Angga. Karla mengernyit pelan. Ditatapnya Angga dengan pandangan yang tak dimengerti.
 
love
source: pixabay
           
 Tumben! Batin Karla. “Iya Pa. Kak Ivin kemana ya? Kangen banget sama dia.” Angga menerawang pelan, lalu menghela nafas. Sejujurnya lelaki itu juga merasakan hal yang sama.
            “Maaf tuan, ada telpon buat tuan.” Bi Inah mengulurkan telpon kepada Angga yang langsung disambut oleh Angga. “Dari siapa Bi?” tanya Angga. Bi Inah hanya menggeleng pelan.
            “Halo? Iya saya sendiri? Apa? Astagfirullah.” Wajah Angga menunjukkan kecemasan. Karla menatap Angga dengan pandangn bingung. Kemaren Farran sialan itu yang kaya gitu, sekarang papa. Ada apa sih?

            Angga memberikan telpon itu kepada Bi Inah dengan tangan gemetar. Wajah Angga pucat. Karla menatap bingung, lalu pikiran gadis itu melayang pada sosok Kevin.
            “Pa? Kenapa? Ada hubungannya dengan Kak Ivin?” Karla memberondong Angga dengan pertanyaan-pertanyaan. Angga merengkuh Karla kepelukannya, membuat Karla semakin tak mengerti.
            “Pa?” Badan Karla terasa lemas. Ia sudah bisa menebak bahwa ada sesuatu yang tidak baik yang akan didengarnya. “Ivin—” Angga terdiam seakan tak ingin melanjutkan kata-katanya.
            “Kenapa Pa? Kenapa dengan kak Kevin?” Karla menguncang-nguncang bahu Angga. “Ivin masuk rumah sakit. Dia OD.” 

            OD? Over Dosis? Narkoba? Karla mencoba mencerna setiap kata-kata yang diucapkan Angga, lalu semuanya terasa berputar-putar dan kemudian gelap.
*@muthiiihauraa*
            Karla membuka kain kafan penutup wajah Kevin dengan gemetar. Ya, Kevin memang tidak bisa bertahan lama. Dia makai dalam dosis yang sangat banyak dan kata dokter nyawanya tidak bisa diselamatkan lagi.
“Kak! Bangun! Kok lo ninggalin gue sih? Nanti siapa yang bakal jagain gue? Lo janji kan bakal jagain gue selalu. Ayo dong bangun. Aya janji nggak nakal lagi. Aya janji nggak bakal bikin kakak susah lagi! Bangun.” Karla menguncang tubuh kaku Kevin. Namun tubuh itu sama sekali tak bergerak.

“Kenapa sih lo bohongin gue kak? Lo udah janji bakal selalu jagain gue. Ayo bangun! Gue tagih janji lo. Kak Ivin? Kenapa sih dengan bodohnya lo harus makai sesuatu yang dilarang!” Tangis gadis itu pecah. Tubuhnya gemetar.
“Sayang sabar. Sabar. Ini semua ujian dari Allah. Kamu harus kuat. Kuat Aya!” Karin memeluk tubuh Aya sembari membelai lembut rambut gadis itu, tapi buru-buru ditepis dengan kasar oleh Karla.


“Nggak usah sok peduli Ma! Ini semua salah kalian berdua. Salah Papa dan Mama! Salah kalian karna nggak pernah peduli sama kami!” Karla menatap tajam kearah Karin dan Angga.
“Coba sedikit aja dulu kalian perhatian sama kami, mungkin kak Ivin nggak akan kaya gini. Nggak akan terjerat narkoba gini. Kalian memang egois!”
“Maafin Papa Aya. Maaf!” ujar Angga parau. Lelaki itu menangis. Bagaimana pun ia sangat merasa bersalah dengan Kevin. Karla benar, andai saja ia lebih perhatian terhadap anak-anaknya mungkin ini semua nggak akan terjadi.
“Percuma! Apa dengan permintaan maaf Papa bisa ngembaliin Kak Ivin?” dengus Karla. Tangis gadis itu makin kencang. “Istigfar Aya! Istigfar!” bisik Karin pelan khas keibuan.
“Akh! Kalian semua jahat! Kalian nggak pernah ngerti.” Karla berlari keluar kamar. Tubuhnya gemetar pelan. Bayangan wajah Kevin berputar-putar dibenak Karla.
Kenapa lo harus pergi secepat ini sih kak? Trus gue sama siapa dong? Gue takut sendiri. Karla duduk ditaman rumah sakit sembari merenungi nasipnya sendiri. 

Baca Juga : TENTANG CINTA #18

Bahu gadis itu berguncang oleh isak tangisnya. “Karla?” Adit menghampiri gadisnya. Merasakan juga sakit yang dirasakan gadis itu. Adit duduk disamping Karla.
Adit merengkuh kepala Karla dan membawanya kebahunya. “Sabar ya, gue turut berduka cita.”
“Gimana gue bisa sabar Dit? Kakak gue pergi untuk selama-lamanya. Dia pergi ninggalin gue. Gue nggak akan bisa lagi ketemu dia Dit. Kalau gue kangen dia gimana?”
“Kar, lo pikir dengan lo lemah gini dia bakal tenang disana? Dia bakal bahagia? Nggak Kar, dia justru makin sedih ngelihat lo kaya gini. Dia pengen lo bangkit. Dia pengan lo bisa nunjukin prestasi lo ke dia.” 


“Tapi dia bohong sama gue Dit. Dia janji ngelindungi gue selalu tapi dia pergi ninggalin gue.” Mata Karla sudah bengkak akibat tangisannya. Beberapa kali Karla menghela nafas.
“Tenang! Ada gue. Gue yang bakal selalu jagain lo. Lo jadi roda, gue pompanya. Tiap orang tuh gak selalu 'penuh', sering saatnya ngendor. Pas ban roda tu ketusuk, bocor danmengerut, gue tiupin sampe roda itu kembali mulus menggelinding.”
*@muthiiihauraa*
Rumah Karla penuh dengan para pelayat. Banyak dari teman-teman Kevin, bahkan Farran pun datang. Tapi sama sekali tak tampak sosok Grasia. Karla masih mengurung diri dikamarnya.
Gadis itu sama sekali belum percaya akan apa yang dialaminya, bahwa mulai hari ini dia nggak kan pernah bisa ketemu Kevin lagi. Karla menghela nafas pelan sembari memandangi photo Kevin yang tepajang didinding kamarnya.



“Lo tenang aja Aya. Gue janji bakal selalu jagain lo. Sampai kapan pun karna gue mencintai lo. Karna gue sayang sama lo!”

Kalimat Kevin itu terngiang-ngiang dikepala Karla. “Gue juga sayang sama lo kak. Gue juga cinta sama lo. Baik-baik disana ya?” Karla menatap bintang-bintang dilangit kamarnya.
“Ya? Buka pintunya sayang. Ayo kita yasinan buat doain kakakmu.” Suara lembut Karin terdengar  dari luar kamar Karla. Karla mendesah pelan, lalu merapikan jilbab hitamnya dan berjalan lesu kearah pintu.
*@muthiiihauraa*
Adit duduk sembari memandangi langit malam diteras rumah Karla. Banyak pikiran yang berkelabat dibenak cowok itu. Sesekali helaan nafas Adit terdengar lembut.
Kev, gue janji buat jagain Karla ngegantiin lo! Batin Adit. Farran berjalan mendekati Adit, membuat Adit sedikit memicingkan mata. “Heh! Ngapain lo ha?” bentak Adit sinis.


“Nggak baik diacara kaya gini berantem Dit. Gue nggak nyangka ternyata Karla adiknya Kevin.” ujar Farran tampa peduli pandangan sinis dari Adit. Farran duduk disamping Adit, membuat Adit sedikit menggeser jarak duduknya.
“Gue nyamperin lo bukan mau cari masalah kok. Gue cuma minta satu hal agar lo janji buat selalu jagain Karla. Lo harus janji buat selalu ada saat dia lagi down. Lo bisa janji kan Dit?”
“Tanpa lo minta pun gue udah tau.” Sungut Adit masih dengan sikap sinisnya. Farran menghela nafas. Mencoba untuk tidak terpancing emosi saat berhadapan dengan Adit.
“Oke, gue percaya sama lo. Oh ya, yasinannya udah mau mulai. Ayo masuk!” Farran melangkah memasuki rumah Karla diikuti oleh Adit. Saat hendak mengambil surah yasin, ujung mata Adit menangkap sosok Karla dan seorang perempuan yang baru turun dari tangga.


Adit menyipitkan mata. Tante Karin? Dia mamanya Karla? oh god! Adit menghela nafas pelan,lalu duduk disamping Farran. Pikiran Adit berkelana pelan tentang sosok seorang Karin.

“Kenalin Dit, ini tante Karin. Calon mama baru kamu.” Seorang lelaki yang sangat mirip dengan Adit menghampiri Adit sembari mengandeng tangan seorang perempuan.
Adit menyipitkan mata. Merasa tidak suka dengan kehadiran wanita itu. Karin tersenyum. “Oh dear, anak kamu ganteng seperti kamu.” ucap Karin sembari tersenyum kearah Adit.
Adit menatap dengan tatapan ingin muntah. “Baru kemaren cerai sama Mama, sekarang udah ada yang baru Pa?” Adit mendengus kesal. “Lho? Nggak ada salahnya kan? Memang dari awal Papa cintanya sama tante Karin.” Jawab Steven. Membuat Adit menelan ludah.
Adit mendengus kesal, lalu beranjak menuju kamarnya. “Adit tinggal sama Mama aja!”

            Adit kembali menatap kearah Karin, untuk memastikan penglihatannya. Cowok itu bergeming pelan. Rasa kebencian itu muncul lagi dibenaknya.

Bersambung...

Baca Artikel Populer Lainnya

0 komentar: