Tentang Cinta #21
21
Angga menatap pintu kamar Kevin.
Entah udah berapa lama lelaki itu sudah tidak pernah lagi mengunjungi kamar
anak-anaknya. Angga menghela nafas pelan.
Hari ini tepat seminggu kepergian
Kevin, suasana dirumah ini sangat berbeda. Karla masih asik mengurung diri
dikamarnya. Angga membuka gagang pintu kamar Kevin dan memasuki kamar itu.
Kamar yang memiliki khas aroma
Kevin. Ditatapnya isi kamar itu, sudah banyak yang berubah sejak bertahun-tahun
lamanya ia tak pernah lagi memasuki kamar ini.
“Maafin Papa Vin, semua ini salah
Papa.” Angga mengusap sudut matanya yang mulai basah. Bayangan wajah Kevin
menghampiri benak Angga.
![]() |
source: pixabay |
“Narkoba itu
enak kan? Ivin boleh coba ya?”
Kata-kata Kevin itu terngiang-ngiang dibenak Angga. Dan pada akhirnya kamu benar-benar
mencobanya Kevin. Maafin Papa. Berulangkali Angga menggumankan permintaan
maaf. Rasa penyesalan itu benar-benar menguasai dirinya.
Angga menghampiri tempat tidur Kevin. Memandangi
tempat tidur itu dengan seksama. Tangan Angga menyentuh sebuah buku dari
tumpukan bantal. Diraihnya buku itu.
“Buku harian? Sejak kapan Ivin suka nulis harian?”
Angga merasa kecewa dengan dirinya sendiri karna nggak pernah tau apa yang
disukai anak-anaknya. Dibukanya buku bersampul coklat itu.
11 Desember 2011
Gue benar-benar nggak tau rasa
seperti apa ini. Rasa ini timbul begitu saja. Timbul saat gue ngelihatnya. Gue
tau seharusnya rasa ini nggak pernah ada.
2 Januari 2012
Dia tampak sangat cantik dimata gue.
Hari ini gue benar-benar meyakini bahwa gue mencintainya. Cinta yang akan
melanggar norma-norma. Cinta yang tak akan bisa dipersatukan oleh apa pun.
Angga
menatap tulisan itu dengan tatapan bingung. Sama sekali tak mengerti isi dari
tulisan yang dimaksud Kevin. Lalu dibukanya halaman kedua dari buku itu.
Baca Juga: TENTANG CINTA #20
25 September 2012
Gue mencintai Karla melebihi apa
pun! Mencintainya melebihi perasaan seorang kakak untuk adiknya.
Angga
tertegun. Sama sekali tak berniat lagi membaca lanjutan dibuku itu. Kevin mencintai Karla? Angga terduduk diranjang
Kevin. Mencoba mencerna semua kejadiannya.
“Kalau kita
mencintai seseorang yang tidak berhak kita cintai bolehkah?”
Itu pertanyaan Kevin yang pernah Kevin tanya kepada
Angga. Kini lelaki separoh baya itu baru mengerti apa maksud dari pertanyaan
itu. Angga menghela nafas pelan.
“Kamu berhak mencintai Karla, Vin. Kamu berhak
menikahi Karla, karna kalian bukan saudara kandung.” kata Angga pelan.
Angga memandangi
Karin dengan tatapan sendu. “Sudah tiga tahun kita nikah, tapi belum juga kita
dikarunia anak.” Karin mengelus pundak suaminya itu.
“Iya mas. Sabar
dulu. Mungkin Allah tengah menguji kesabaran kita. Ehm, bagaimana kalau kita
ngangkat anak cowok?” usul Karin. Angga terdiam sejenak sembari berfikir. Lalu
laki-laki itu mengangguk.
Ya, Kevin memang bukan anak kandung Angga. Tapi
dulu, baik Karin ataupun Angga tidak pernah membeda-bedakan antara Karla dan
Kevin. Bagi mereka Karla dan Kevin adalah anak kandung mereka.
*@muthiiihauraa*
Adit melamun menatap keluar jendela. Rica memandangi
anaknya dengan pandangan yang tidak mengerti. “Lagi ada masalah?” tanya Rica
sembari menghampiri Adit.
Adit tersentak, lalu menggeleng pelan. “Kamu nggak
bisa bohong sama Mama Dit. Ada apa? Oh ya, udah seminggu ini Mama lihat kamu
nggak nemuin Karla.”
“Udahlah Ma, lagi malas ngebahas soal Karla.” Adit
menyandarkan kepalanya pada dinding. Seakan kata-kata itu tidak berasal dari
lubuk hatinya. Sebenarnya Adit sangat merindukan Karla dan sangat ingin tau
kondisi gadis itu, tapi Adit sudah bertekad tidak akan berdekatan dengan Karin
atau yang berhubungan dengan Karin.
Adit menghela nafas pelan. Antara gundah dan
menyesali keputusannya.
“Dit, ayo cerita. Biasanya kamu nggak kuat kalau
nyimpan sesuatu sendiri. Ada apa?” Rica meraih wajah Adit dan menghadapkannya
kewajahnya. Menelisik mata Adit lebih dalam. Mencari kejujuran dimata itu.
Adit menghela nafas tanda menyerah. Menurutnya tak
ada gunanya juga berbohong pada Rica, toh Rica cepat atau lambat pasti juga
akan tau. “Karla itu anaknya tante Karin Ma.”
“Trus?” Adit lagi-lagi menghela nafas. “Ya aku nggak
ingin berhubungan dengan semua tentang tante Karin termasuk anaknya.” Rica
menghela nafas, lalu memandangi anaknya dalam-dalam.
Baca Juga: TENTANG CINTA #15
“Adit, dengerin Mama ya! Kalau kamu benar-benar
mencintai seseorang, jangan lihat siapa orang tuanya tapi lihatlah dia sebagai
dirinya seutuhnya. Jangan karna dia anak Karin, kamu meruntuhkan cinta kamu ke
dia.”
Adit terdiam. Sama sekali tak mampu menyanggah
ucapan Rica. “Karla nggak punya salah apa-apa terhadap keluarga kita. Walau
bagaimana pun, Karin dan Karla dua orang yang berbeda. Nggak adil buat Karla
kalau kamu ninggalin dia hanya karna dia anaknya Karin.”
Rica membelai lembut pipi Adit. “Do you understand Raditya? Kalau kamu
benar-benar mencintai Karla, kejar dia. Jangan dilepas. Bantu dia keluar dari
keterpurukannya.”
Adit mengangguk. “Ya, Mama benar. Makasi Ma! Aku
bangga sama Mama.” Laki-laki berbola mata biru itu memeluk tubuh Rica. Rica
tersenyum sembari mengelus bagian belakang rambut Adit.
*@muthiiihauraa*
Farran menyuapi Grasia. Senyum cowok itu mengembang.
“Gitu dong makannya lahap biar cepat sembuh.”
Pintu kamar Grasia terbuka, tampak muncul Ari dan
seorang cewek yang baik Farran maupun Grasia tidak mengenali cewek itu. “Ciee.
Mesra amat.” Goda Ari.
Farran tersenyum simpul. “Ini nih si tuan putri dari
tadi nggak mau makan, sekalinya disuapin malah lahap banget.” kata Farran
membuat pipi Grasia bersemu merah.
“Norak deh lo Far!” cibir Grasia. Farran tertawa,
lalu kemudian melirik cewek yang berdiri disamping Ari. “Siapa Ri?”
“Calon pacar gue.” jawab Ari mantap. Cewek itu
menunduk. Pipinya bersemu merah, lalu tangan kiri cewek itu mencubit pinggang Ari.
*@muthiiihauraa*
Adit mengetuk pintu kamar Karla, tapi Karla tak
bergeming. Sama sekali tak ada niat dari Karla untuk membukakan pintu. “Kar,
buka dong!”
“Gue pengen sendiri Dit. Mending lo pulang deh!”
usir Karla. Wajah gadis itu kusut dan pucat. “Kalau lo nggak mau buka, gue
dobrak pintunya sampai hancur.”
Karla mendesah pelan. Cewek itu menyerah dan
berjalan gontai membukakan pintunya. Adit mengembangkan senyumnya, lalu
berjalan masuk.
“Nih, gue bawa makanan buat lo.”Adit meletakkan
sepiring bubur ayam diatas meja belajar Karla. Cewek itu hanya menatap sekilas,
sama sekali tak menyentuh bubur itu.
“Dit, sebaiknya mulai hari ini lo lupain gue deh.”
Karla memandang lurus kedepan. Tatapan gadis itu kosong. Adit mendekati Karla,
memandang wajah gadis itu dalam-dalam. “Kenapa? Gue sayang sama lo!”
“Nyokap gue, Kak Ivin, dan Kak Farran sayang sama
gue, tapi mereka ninggalin gue. Bokap gue sayang sama gue, tapi dia nggak
peduli dengan gue. Dan lo sayang sama gue, suatu saat pasti lo bakal ninggalin
gue.”
Baca Juga : TENTANG CINTA #18
Adit memegang pundak Karla. Ada secercah rasa sakit
diwajah gadis itu. Adit mendelik pelan. “Tapi gue nggak kaya gitu Kar! Gue
bakal jagain lo semampu gue.”
“Tapi gue udah nggak percaya lagi dengan semua itu.”
“Dan gue akan tetap nunggu lo ampe lo percaya lagi.
Gue benar-benar sayang sama lo Karla!” Adit menarik Karla kedalam pelukannya. Sampai kapan pun gue akan selalu jagain lo
Kar! Gue akan berusaha jadi orang yang terbaik dalam hidup lo.
Bersambung....
0 komentar: