Tentang Cinta #21

20.36 muthihaura 0 Comments


21
            Angga menatap pintu kamar Kevin. Entah udah berapa lama lelaki itu sudah tidak pernah lagi mengunjungi kamar anak-anaknya. Angga menghela nafas pelan.
            Hari ini tepat seminggu kepergian Kevin, suasana dirumah ini sangat berbeda. Karla masih asik mengurung diri dikamarnya. Angga membuka gagang pintu kamar Kevin dan memasuki kamar itu.
            Kamar yang memiliki khas aroma Kevin. Ditatapnya isi kamar itu, sudah banyak yang berubah sejak bertahun-tahun lamanya ia tak pernah lagi memasuki kamar ini.
            “Maafin Papa Vin, semua ini salah Papa.” Angga mengusap sudut matanya yang mulai basah. Bayangan wajah Kevin menghampiri benak Angga. 

keluarga
source: pixabay


“Narkoba itu enak kan? Ivin boleh coba ya?”

Kata-kata Kevin itu terngiang-ngiang dibenak Angga. Dan pada akhirnya kamu benar-benar mencobanya Kevin. Maafin Papa. Berulangkali Angga menggumankan permintaan maaf. Rasa penyesalan itu benar-benar menguasai dirinya.
Angga menghampiri tempat tidur Kevin. Memandangi tempat tidur itu dengan seksama. Tangan Angga menyentuh sebuah buku dari tumpukan bantal. Diraihnya buku itu.
“Buku harian? Sejak kapan Ivin suka nulis harian?” Angga merasa kecewa dengan dirinya sendiri karna nggak pernah tau apa yang disukai anak-anaknya. Dibukanya buku bersampul coklat itu.



11 Desember 2011
Gue benar-benar nggak tau rasa seperti apa ini. Rasa ini timbul begitu saja. Timbul saat gue ngelihatnya. Gue tau seharusnya rasa ini nggak pernah ada.

2 Januari 2012
Dia tampak sangat cantik dimata gue. Hari ini gue benar-benar meyakini bahwa gue mencintainya. Cinta yang akan melanggar norma-norma. Cinta yang tak akan bisa dipersatukan oleh apa pun.

            Angga menatap tulisan itu dengan tatapan bingung. Sama sekali tak mengerti isi dari tulisan yang dimaksud Kevin. Lalu dibukanya halaman kedua dari buku itu. 

Baca Juga: TENTANG CINTA #20

25 September 2012
Gue mencintai Karla melebihi apa pun! Mencintainya melebihi perasaan seorang kakak untuk adiknya.

            Angga tertegun. Sama sekali tak berniat lagi membaca lanjutan dibuku itu. Kevin mencintai Karla? Angga terduduk diranjang Kevin. Mencoba mencerna semua kejadiannya.

“Kalau kita mencintai seseorang yang tidak berhak kita cintai bolehkah?”

Itu pertanyaan Kevin yang pernah Kevin tanya kepada Angga. Kini lelaki separoh baya itu baru mengerti apa maksud dari pertanyaan itu. Angga menghela nafas pelan.
“Kamu berhak mencintai Karla, Vin. Kamu berhak menikahi Karla, karna kalian bukan saudara kandung.” kata Angga pelan.


Angga memandangi Karin dengan tatapan sendu. “Sudah tiga tahun kita nikah, tapi belum juga kita dikarunia anak.” Karin mengelus pundak suaminya itu.
“Iya mas. Sabar dulu. Mungkin Allah tengah menguji kesabaran kita. Ehm, bagaimana kalau kita ngangkat anak cowok?” usul Karin. Angga terdiam sejenak sembari berfikir. Lalu laki-laki itu mengangguk.

Ya, Kevin memang bukan anak kandung Angga. Tapi dulu, baik Karin ataupun Angga tidak pernah membeda-bedakan antara Karla dan Kevin. Bagi mereka Karla dan Kevin adalah anak kandung mereka.
*@muthiiihauraa*
Adit melamun menatap keluar jendela. Rica memandangi anaknya dengan pandangan yang tidak mengerti. “Lagi ada masalah?” tanya Rica sembari menghampiri Adit.
Adit tersentak, lalu menggeleng pelan. “Kamu nggak bisa bohong sama Mama Dit. Ada apa? Oh ya, udah seminggu ini Mama lihat kamu nggak nemuin Karla.”


“Udahlah Ma, lagi malas ngebahas soal Karla.” Adit menyandarkan kepalanya pada dinding. Seakan kata-kata itu tidak berasal dari lubuk hatinya. Sebenarnya Adit sangat merindukan Karla dan sangat ingin tau kondisi gadis itu, tapi Adit sudah bertekad tidak akan berdekatan dengan Karin atau yang berhubungan dengan Karin.
Adit menghela nafas pelan. Antara gundah dan menyesali keputusannya.
“Dit, ayo cerita. Biasanya kamu nggak kuat kalau nyimpan sesuatu sendiri. Ada apa?” Rica meraih wajah Adit dan menghadapkannya kewajahnya. Menelisik mata Adit lebih dalam. Mencari kejujuran dimata itu.
Adit menghela nafas tanda menyerah. Menurutnya tak ada gunanya juga berbohong pada Rica, toh Rica cepat atau lambat pasti juga akan tau. “Karla itu anaknya tante Karin Ma.”
“Trus?” Adit lagi-lagi menghela nafas. “Ya aku nggak ingin berhubungan dengan semua tentang tante Karin termasuk anaknya.” Rica menghela nafas, lalu memandangi anaknya dalam-dalam.

Baca Juga: TENTANG CINTA #15

“Adit, dengerin Mama ya! Kalau kamu benar-benar mencintai seseorang, jangan lihat siapa orang tuanya tapi lihatlah dia sebagai dirinya seutuhnya. Jangan karna dia anak Karin, kamu meruntuhkan cinta kamu ke dia.”
Adit terdiam. Sama sekali tak mampu menyanggah ucapan Rica. “Karla nggak punya salah apa-apa terhadap keluarga kita. Walau bagaimana pun, Karin dan Karla dua orang yang berbeda. Nggak adil buat Karla kalau kamu ninggalin dia hanya karna dia anaknya Karin.”
Rica membelai lembut pipi Adit. “Do you understand Raditya? Kalau kamu benar-benar mencintai Karla, kejar dia. Jangan dilepas. Bantu dia keluar dari keterpurukannya.”
Adit mengangguk. “Ya, Mama benar. Makasi Ma! Aku bangga sama Mama.” Laki-laki berbola mata biru itu memeluk tubuh Rica. Rica tersenyum sembari mengelus bagian belakang rambut Adit.
*@muthiiihauraa*
Farran menyuapi Grasia. Senyum cowok itu mengembang. “Gitu dong makannya lahap biar cepat sembuh.” 


Pintu kamar Grasia terbuka, tampak muncul Ari dan seorang cewek yang baik Farran maupun Grasia tidak mengenali cewek itu. “Ciee. Mesra amat.” Goda Ari.
Farran tersenyum simpul. “Ini nih si tuan putri dari tadi nggak mau makan, sekalinya disuapin malah lahap banget.” kata Farran membuat pipi Grasia bersemu merah.
“Norak deh lo Far!” cibir Grasia. Farran tertawa, lalu kemudian melirik cewek yang berdiri disamping Ari. “Siapa Ri?”
“Calon pacar gue.” jawab Ari mantap. Cewek itu menunduk. Pipinya bersemu merah, lalu tangan kiri cewek itu mencubit pinggang Ari.
*@muthiiihauraa*


Adit mengetuk pintu kamar Karla, tapi Karla tak bergeming. Sama sekali tak ada niat dari Karla untuk membukakan pintu. “Kar, buka dong!”
“Gue pengen sendiri Dit. Mending lo pulang deh!” usir Karla. Wajah gadis itu kusut dan pucat. “Kalau lo nggak mau buka, gue dobrak pintunya sampai hancur.”
Karla mendesah pelan. Cewek itu menyerah dan berjalan gontai membukakan pintunya. Adit mengembangkan senyumnya, lalu berjalan masuk.
“Nih, gue bawa makanan buat lo.”Adit meletakkan sepiring bubur ayam diatas meja belajar Karla. Cewek itu hanya menatap sekilas, sama sekali tak menyentuh bubur itu.
“Dit, sebaiknya mulai hari ini lo lupain gue deh.” Karla memandang lurus kedepan. Tatapan gadis itu kosong. Adit mendekati Karla, memandang wajah gadis itu dalam-dalam. “Kenapa? Gue sayang sama lo!”
“Nyokap gue, Kak Ivin, dan Kak Farran sayang sama gue, tapi mereka ninggalin gue. Bokap gue sayang sama gue, tapi dia nggak peduli dengan gue. Dan lo sayang sama gue, suatu saat pasti lo bakal ninggalin gue.”

Baca Juga : TENTANG CINTA #18

Adit memegang pundak Karla. Ada secercah rasa sakit diwajah gadis itu. Adit mendelik pelan. “Tapi gue nggak kaya gitu Kar! Gue bakal jagain lo semampu gue.”
“Tapi gue udah nggak percaya lagi dengan semua itu.”
“Dan gue akan tetap nunggu lo ampe lo percaya lagi. Gue benar-benar sayang sama lo Karla!” Adit menarik Karla kedalam pelukannya. Sampai kapan pun gue akan selalu jagain lo Kar! Gue akan berusaha jadi orang yang terbaik dalam hidup lo.

Bersambung....

Baca Artikel Populer Lainnya

0 komentar: