Tentang Cinta #Epilog
Karla menatap keluar jendela. Hembusan angin menerpa
memain-mainkan ujung jilbab gadis itu. Karla menghirup nafas, lalu
membentangkan tangannya. Udara puncak membuat ia sedikit merasa tenang dan
senang.
“Ma,
Evin lapar!” Seorang bocah berusia lima tahunan menarik-narik baju Karla,
membuat wanita itu menatap sang bocah dan mensejajarkan kepalanya dengan kepala
bocah itu.
“Lapar
ya? Bangunin papa dulu sana.” Karla mengacak rambut Kevin kecil, lalu mencium
pipi bocah mungil itu. “Papa dibangunin nggak mau Ma!”
![]() |
source: pixabay |
“Coba
lagi sana.” Ujar Karla lembut. Bocah kecil itu pun berlalu dengan membawa
pistol airnya. Karla tertawa melihat bocahnya. Kevinnya. Karla memang sengaja
memakaikan nama Kevin buat putra pertamanya, karna bagi Karla mereka begitu
mirip.
Karla menghembuskan
nafas, lalu kembali menatap keluar jendela. Ini
tentang cinta. Tentang cinta yang nggak tau dimana pangkal maupun ujungnya.
Tiap orang nggak kan pernah bisa menebak tentang cinta. Semuanya serba abu-abu.
Awalnya aku tak mengerti tentang
cinta, bahkan aku takut bermain di arena cinta. Kenapa? Karna semua orang yang
aku cintai dalam hidup, perlahan pergi. Hilang. Menjauh. Ditinggal oleh
seseorang saat tengah cinta-cintanya itu begitu menyakitkan!
Baca Juga: TENTANG CINTA #20
“Hey,
ngelamun lagi?” Sebuah suara bariton menyapaku lembut. “Jangan ngelamun lembut,
nanti anak kita yang didalam perut ini jadi punya hobby ngelamun juga lho.”
Ujar lelaki itu sembari mengelus lembut perutku yang mulai membuncit.
Karla
tersenyum. “Aku nggak melamun kok mas. Cuma lagi nikmatin suasana disini aja.
Seger. Makasih ya udah ngajakin aku kesini.” Karla memeluk lelaki disampingnya
itu dengan sayang. Lelaki yang telah banyak mengubahnya menjadi sosok muslimah.
Lelaki yang rela sabar mengajarkannya banyak hal.
Karla
begitu bersyukur mendapatkan lelaki ini. “Maaa, Evin lapar!” Kevin berteriak
khas anak kecil sambil bibirnya dimajukan beberapa senti meter. Karla
melepaskan pelukannya, lalu kemudian tersenyum.
“Iya
sayang! Ayo kita makan.”
*@@@*
Karla
tertawa melihat laki-lakinya dan bocah kecilnya tengah asik bermain
playstasion. Tawa kedua lelaki berbeda generasi itu memenuhi seisi ruangan.
Karla menghembuskan nafas, lalu mengusap perutnya.
Baca Juga: TENTANG CINTA #17
Wanita
berusia 29 tahun itu berucap sukur. Berusap sukur atas semua nikmat yang telah
Allah beri padanya. Pada keluarganya dan pada semua orang yang dicintainya.
Bayangan wajah Kevin tiba-tiba muncul. Lelaki yang dianggapnya abang itu
ternyata menyimpan rasa terlalu dalam kepadanya dan pada kenyataannya mereka
memang bukan saudara kandung.
“Hidup
itu teka-teki, begitu juga dengan cinta.” Karla berucap lirih.
Cinta itu nggak pernah bisa dipaksa.
Seseorang juga tak pernah bisa memutuska kesiapa dia akan meletakkan cintanya. Cinta
tumbuh secara alami dan tugas kita sebagai manusia adalah mengontrol cinta tersebut.
Karla berguman didalam hati.
TING
NONG! Suara bel menyentakkan lamunan Karla. Wanita itu berdiri dari duduknya
dan berjalan menuju pintu. Karla membuka pintu, lalu tersenyum sumbringah saat
menemukan sosok dihadapannya.
“Adit?
Sama siapa kesini?” tanya Karla dengan senyumannya yang khas. Adit membalas
senyum Karla. “Biasa, my wife! Gue tau dari papa kalau lo disini. Nih oleh-oleh
dari Jerman. Tas merek terbaru!” ujar Adit bersemangat.
“Tiap
pulang kesini tas mulu deh oleh-olehnya. Sesekali makanan kek.” Karla
menggerutu. Adit tertawa. “Dih, nggak bersyukur!”
“Heey.
Long time no see you, Karla!” Indah istri Adit menghampiri kami, lalu kemudian
memeluk tubuhku. “Udah berisi aja ternyata.” Karla terkekeh.
“Long
time n see you too, Indah! Gimana kabar? Sehatkan? Adit bisa jagain kamu dengan
baikkan?”
“Yaah,
lumayan! Walau kadang sifat cueknya masih keliatan.” Indah melongos. Karla
tersenyum, lalu mempersilahkan kedua tamu spesialnya itu untuk masuk. “Mas, ini
ada Adit dan Indah lho!”
Lelaki
yang Karla panggil mas itu segera berdiri menghampiri Adit dan Indah. “Yas,
gimana kabar lo? Makin oke aja nampaknya?” Adit menggenggam tangan Yasa, suami
Karla.
Yasa
tersenyum, lalu membalas genggaman tangan Adit. Ya, Karla memang tak menikah
dengan Adit tapi lebih memilih Yasa. Bagi Karla, Adit seperti abangnya sendiri.
Walau bagaimanapun ia dan Adit memang masih memiliki hubungan saudara bukan?
Sekali lagi aku bilang bahwa cinta itu nggak
akan bisa ditebak. Belum tentu orang yang kamu cintai sekarang bakal jadi masa
depan kamu, begitu juga sebaliknya. Makanya kita disuruh mencintai seseorang
itu sewajarnya saja.
Ini hidup! Dan hidup bukan hanya tentang cinta. Masih banyak hal
bermanfaat lainnya yang bisa kamu lakukan selain menautkan cinta. Aku nggak
bilang cinta itu nggak penting, hanya saja jika belum siap untuk menikah, maka
gunakan waktumu untuk sesuatu yang berharga.
Selagi muda, masih banyak yang bisa
kamu lakukan. Bermimpi dan berkarya tanpa batas. Jangan menyesal dikemudian
hari. Ingat, apa yang kamu tanam saat ini akan kamu tuai suatu hari nanti. Batin Karla.
“Ya
ampun Kar! Masih hobby aja ngelamun ternyata ya!” Adit menghentikan lamunan
Karla. “Iya tuh sering banget. Entah apa yang dilamuninnya.” Ledek Yasa.
“Yeee.
Pelamun gini yang penting kamu tetap cinta kan?” Karla balas meledek Yasa.
The end
Yeeyy Finalyyyyy tentang cinta di blog ini tamat. Alhamdulillah ya. Sekedar informasi saja, Cerbung Tentang Cinta ini awalnya adalah sebuah novel yang aku tulis kalau ga salah saat awal kuliah yang berarti di 2013-2014-an. Sekarang di 2020, aku pastinya sudah tamat kuliah.
Novel ini sebenarnya aku tawarin kepenerbit mayor, tapi nggak ACC. Ya udah berarti emang bukan rezekinya, ya udah aku up di blog aja ketimbang mendem doang di laptop hehe. Nanti, aku juga bakal up cerbung-cerbung lainnya. Tungguin ya. Salam sayang, @muthihaura1.
Jum'at, 7 Agustus 2020. 23.43 WIB.
0 komentar: