Tentang Mimpi #17

19.04 muthihaura 0 Comments

 

17

“Semua akan indah pada waktunya. Be positive!”

            Sudah seminggu Nasya tak menemukan sosok Davi dikampus. SMS terakhir yang dikirim lelaki itu adalah saat ia berada didanau bersama Fian. Nasya merasa kehilangan? Pasti! Bagi Nasya, Davi cowok terbaik dalam hidupnya. Cowok perfect yang mengajarkan banyak hal terhadap dirinya.

            Kehidupan Nasya seminggu ini terkesan biasa saja, walau Nasya sudah mulai bisa survive dikelas. Gadis itu udah mulai bisa membuktikan siapa dirinya. Dari awal Nasya memang sudah berniat untuk memberikan yang terbaik dan membuktikan kepada orang-orang yang udah meremehkannya bahwa ia bukan ‘nothing’.

            Seminggu ini juga, Nasya tak menemui sosok Atar. Menghilangnya Davi dan Atar selama seminggu ini tentu menjadi tanda tanya besar dibenak Nasya. Gadis yang memakai bando pink itu menghela nafas pelan, lalu kembali berkutat dengan buku dan tugas kuliahnya.

*@muthiiihauraa*

            “Lo kenapa?” Fian memandang Davi yang tak berdaya diatas tempat tidur dengan tatapan nanar. Ada sebersit rasa bersalah dibenak Fian. Walau bagaimanapun bagi Fian, Davi adalah sepupunya. Davi adalah orang yang pernah sangat dekat dengan dirinya dan jauh dilubuk hati Fian yang paling dalam, Fian menyayangi Davi.

            Davi menatap Fian dengan nanar. Sesungging senyum tulus terpencar diwajah pucat Davi. Seminggu ini keadaan Davi semakin parah. Lelaki itu sama sekali tak bisa menelan makanan, bahkan bubur pun hanya beberapa sendok yang bisa masuk keperutnya. Pinggangnya sakit dan kaki kirinya mengalami pembengkakan.

 

            “Lo kenapa?” Fian mengulang pertanyaannya. Berharap Davi menjawabnya. “I am okay.” Jawab Davi akhirnya dengan nada lemas sambil lagi-lagi mengumbar senyum. Fian menyipitkan mata sembari menatap Davi dari ujung kepala sampai ujung kaki. Jelas terlihat bahwa lelaki itu sedang berada dalam kondisi sama sekali tidak sehat.

            “Lo kembali.” Ucap Davi aneh. Fian mengerutkan kening sambil mencoba menelaah ucapan Davi, lalu kemudian tersenyum. Apa gue benar-benar kembali? Apa rasa benci itu udah hilang? Apa gue udah mulai bisa berbaikan dengan Davi lagi? Beribu tanya dibenak Fian tak mampu ia utarakan, hanya hatinya yang bisa menjawab.

            Sambil berbaring, Davi meraih sebuah kotak berukuran sedang dengan bungkus kado pink berpadu biru. “Titip buat Nasya. Lo kenal dia kan? Gue sering ngelihat lo diparkiran dengan dia.” Davi mengulurkan kotak itu dan langsung disambut oleh Fian.

            Fian menatap kotak itu. Berusaha menerka isi didalam kotak, tapi sama sekali tak tertebak. Apa lo benar-benar mencintai Nasya, Dav? Apa Cuma gadis itu yang hanya bisa membuka hati lo? Sespesial apa sih dia? Batin Fian.

*@muthiiihauraa*

            “Lo jauh-jauh kesini buat gue?” tanya Kafta lirih. Atar yang berada disampingnya tersenyum sembari mengangguk pelan. “Maafin gue ya. Gue ngancurin lo. Gue udah ngelakuin hal bodoh yang seharusnya belum boleh gue lakuin, gue nyesal!”

            Kafta menatap binar mata Atar, mencoba mencari kebenaran dimata itu. Dan Kafta menemukannya. “Maafin gue! Gue bener-bener nyesal. Gue janji bakal tanggung jawab. Gue nggak akan lari. Maaf!”

            Entah untuk yang keberapa kalinya Atar mengucapkan kata maaf. Kafta tersenyum tulus sembari meneliti wajah lelaki disampingnya. Wajah yang udah mengisi hatinya sejak ia duduk dibangku SMA di Jakarta.

            Atar. Nama itu dulu amat dibencinya. Bagi Kafta, Atar adalah lelaki slengean yang nggak punya hati yang hanya bisa nyakitin perasaan orang. Cowok badboy yang nggak punya prestasi, satu-satunya prestasinya hanyalah tampangnya yang memang menjual dan kekayaan orang tuanya.

            Tapi itu Atar yang dulu dimata Kafta. Atar yang sekarang adalah Atar yang amat dicintainya. Kafta menghela nafas pelan. “Nikahi gue!” Pinta Kafta tegas.

*@muthiiihauraa*

            Nasya menatap lembaran microsoft word dari layar laptopnya yang udah terisi beberapa kalimat. Gadis itu menghembuskan nafas pelan. ide cerita yang hendak dituliskan bertumpuk dibenaknya, tapi saat hendak dimuntahkan lewat kata-kata, ide itu menguap.

            Gadis berbaju tidur berwarna coklat itu menggeliat pelan, lalu ujung matanya melirik handphone yang tergeletak tepat disamping laptopnya. Nasya menghembuskan nafas saat menyadari handphone itu tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. SMS dari seseorang yang sangat diharapkannya pun tak kunjung ada, padahal Nasya udah meng-sms Davi sejak beberapa hari yang lalu.

            Kemana sih kamu Dav? Apa aku saja yang terlalu GR? Menganggap kamu mau menjadi sahabatku bahkan lebih dari itu. Apakah kamu udah menemukan seseorang yang cocok untukmu? Aku kehilanganmu Dav! Nasya membatin.

Wajah Davi muncul dibenaknya, lalu buru-buru dihapusnya saat mata gadis itu tertuju pada sebuah catatan yang ia tempel besar-besar didepan meja belajarnya. Catatan yang bertuliskan : Fokus ngejar impian! Belajar ketika orang lain tertidur, bekerja ketika orang lain bermalasan, dan mengejar mimpi saat orang lain berharap.

“Fokus Sya fokus! Buktikan ke mereka bahwa kamu bukan orang yang pantas diremehkan. Balas tatapan sinis mereka dengan kesuksesan kamu Sya!” Nasya menyemangati diri sendiri, lalu gadis itu kembali terfokus memandangi laptopnya. Tangannya bermain indah diatas keyboard laptop.

 

“Semangat Sya! Lo pasti bisa! Kalau lo diremehkan, buat cetak biru dikening lo dan jadikan itu sebagai motivasi buat lo semakin maju!”

 

Deg! Kata-kata barusan adalah kata-kata yang pernah diucapkan Davi saat tengah menyemangatinya. Lagi-lagi bayangan Davi dengan senyum dan tawa khasnya memenuhi ruang kepala Nasya.

“Aght! Kenapa muncul lagi sih Dav!” Nasya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dan pada nyatanya aku benar-benar tengah merindukanmu! Handphone Nasya bergetar. Menandakan sebuah SMS yang masuk.

Nasya menatap hp-nya. Berharap SMS ini adalah SMS dari orang yang sangat dirindukannya. Gadis itu meraih handphonenya dan membuka isi SMS.

 

From : Davi

Malam gadis perajut mimpi ;) Seminggu lagi untuk pertama kalinya setelah lama vakum, gue bakal tampil main piano di hotel Jiraya jam delapan malam. Tanggal 19 Juni besok. Lo bisa datang kan? Ditunggu kehadirannya. ;)

 

            Senyum manis tersungging dibibir Nasya. Gadis itu mengulang membaca isi pesan singkat dari Davi. Mengulang dan terus mengulang hingga ia hapal isi pesan itu diluar kepala. “Gadis perajut mimpi?” tanya Nasya pada dirinya sendiri, lalu senyum itu kian lebar.

            Selamat Dav! Kamu udah mulai berani untuk kembali menggapai mimpi kamu. Untuk kembali semangat menatap kedepan. Ini Davi yang aku kenal! Aku akan datang melihatmu memainkan tuts piano wahai pianist muda!

            “Nggak sabar buat datang malam besok.”

 

Baca Artikel Populer Lainnya

0 komentar: