Menikah? Ini 4 Alasan Menerima Lamarannya!
www.muthihaura.com – Bagi seorang perempuan, terutama mungkin bagi aku, menerima lamaran seorang laki-laki untuk menua bersama itu bukanlah hal yang mudah. Aku kerap kali menjumpai beberapa ‘teman’ yang sebelum menikah si laki-lakinya sangat perhatian, tapi setelah nikah beuh beda banget.
Jadi cenderung kasar dan lain sebagainya. Tentu hal kaya gini bikin was-was kita sebagai perempuan. Masalahnya, seumur hidup kita bakal barengan dengan dia.
Surga neraka kita terletak di dirinya. Entah kehidupan rumah tangga kita itu akan menjadi surga atau bahkan neraka. Apalagi mempertahankan biduk rumah tangga itu bukanlah hal yang mudah.
Tentu sebelum memutuskan menerima lamaran laki-laki, ada banyak pertimbangan dibenak para perempuan. Nah, kali ini, aku bakal share 5 alasan aku menerima lamaran laki-laki bernama Hanif hingga kemudian menikah pada 23 Januari lalu.
Sebenarnya rumah tangga ini masih seumur jagung. Tidak terlalu baik juga seolah yakin biduk rumah tangga ini akan aman-aman saja, tapi ini Cuma sharing 5 alasan aku menerima lamarannya. Dan semoga hingga tua nanti, dia akan seperti ini atau bahkan jauh lebih baik lagi.
Pertama, sangat menyayangi orangtuanya, terutama maknya. Salah satu yang bikin yakin dengan Hanif adalah, dia sangat sayang keduaorang tuanya. Dia sangat sayang sama maknya.
Kalau lagi sama maknya, dia tanpa malu bakal meluk, cium maknya. Meski usianya sudah 27 tahun, ia tetap melakukan itu. Bukan hanya pencitraan dihadapanku, tapi memang begitu tingkahnya.
Meskipun memiliki kedekatan yang sangat sangat sangat personal dan emosional dengan maknya, ia tidak pernah timpang ke salah satu. Ia tetap bisa mengontrol dan mengambil keputusan untuk rumah tangga kami secara mandiri.
Alhamdulillahnya, mak juga bukan type mertua yang suka ikut camur dalam rumah tangga anak-anaknya.
Alasan kedua, ia sosok pekerja keras. Ia mampu bertanggung jawab atas pekerjaannya. Ia dinilai mumpuni hingga bisa bekerja di kota sebesar Jakarta.
Meski memiliki kedua orang tua yang bisa dikatakan ‘kaya’, ia bukan type yang bergantung hidup dengan orang tuanya. Bukan type laki-laki yang hanya mengharapkan harta warisan.
Ia seolah ingin membangun ‘dinastinya’ sendiri. Disinilah ia sekarang, Jakarta. Membawa aku untuk sama-sama membangun dinasti kami sendiri.
Kedepannya, aku berusaha dan berharap agar apa-apa saja yang kami usahakan ini dapat terealisasi dengan baik. Semoga one day, Jakarta menjadi saksi perjalanan kesuksesan kami. Amin amin Ya Allah.
Ketiga, ia seorang lelaki yang memiliki plan-plan kedepannya. Ia tau tujuannya kedepan akan seperti apa dan bagaimana. Ia merencanakan hidupnya. Tentu saja untuk bagaimana alurnya, itu urusan Allah.
Yang pasti, bagi aku pribadi, laki-laki yang punya planning dan tujuan hidup itu membuatku lebih tenang untuk aku ‘menyerahkan’ hidupku kepadanya.
Setidaknya, kedepan, ia tau akan dibawa kemana bahtera rumah tangga ini. Ia pastinya juga punya planning-planning atau rencana-rencana agar kehidupkan kami semakin baik In syaa Allah.
Ia juga pastinya akan menuntun diriku untuk semakin baik kedepannya. Lalu, alasan keempat, ia type yang mau belajar. Mau belajar agama, mau belajar bagaimana menjadi suami yang baik, mau belajar bagaimana memuliakan istri.
Ia juga type yang mau mendengarkan pendapat orang lain, termasuk istri. Jika menurutnya pendapatku bagus, maka akan ia lakukan. Namun, jika menurutnya pendapatku kurang, maka ia berusaha menjelaskan alasan ia menolak pendapatku dengan baik.
Dan masih banyak lagi alasan-alasan lainnya. Tapi untuk saat ini, cukup segini dulu. Teruntuk kamu pak suamiku, trimakasih ya. Trimakasih atas semua hal-hal baik yang kamu berikan kepadaku. Semangat selalu buat kita.
Salam, Muthi Haura.
Jakarta Selatan, Rabu, 8 Februari 2023. 15.29 WIB.
0 komentar: