Deep Talk dengan Suami, Ini 6 Inti Pembahasan yang Isinya ‘Daging’ Banget!
www.muthihaura.com – Aku resmi menjadi istri seorang Abdul Hanif Fani pada 23 Januari lalu. Ya, pada tanggal tersebut, ia mengungkapkan janji setia. Mengikrarkan janji yang di depan bapak penghulu dan juga semua keluarga.
Lalu, pada 5 Februari 2023 ini, aku ke Jakarta. Menyusul suami untuk tinggal dan hidup bersama dirinya. Jakarta Selatan, sama sekali tak pernah terpikir akan sampai dan tinggal di kota sebesar ini.
Kami ngontrak di kontrakan petak nan mungil. Kontrakan ini dibandrol dengan harga Rp 1,5 juta perbulan. Jika harga segitu dibawa ke Riau, mungkin kami akan mendapatkan kontrakan yang lumayan mewah, tapi sayangnya ini Jakarta.
Meski mungil dan Cuma terdiri dari tiga petak, aku dan suami berusaha membuatnya nyaman untuk kami tempati. Setiap malam sebelum tidur, kami terbiasa untuk saling bercerita. Bercerita keseharian dan bahkan hingga deep talk.
Tentu saja pembahasannya beragam. Mulai dari masa depan, anak, dan lain sebagainya. Semalam, tepatnya 1 Maret, kami kembali deep talk. Pembahasan kali ini lebih mendalam lagi ketimbang biasanya.
Banyak sekali yang ia bahas. Mulai dari ia bercerita seluk beluk dirinya bekerja di Jakarta ini. Apa saja yang ia lalui untuk sampai dititik ini. Dan lain sebagainya. Kali ini, aku bakal rangkum hasil deep talk kami semalam yang menurut aku bisa bermanfaat. Bisa menjadi bahan renungan aku kembali kedepannya disaat diri mulai lengah.
Pertama, kita sudah sampai di Jakarta. Pusatnya segala pusat. Pusatnya ekonomi. Perputaran ekonomi sangat maju disini. Sayang kalau sudah disini tapi masih menyianyiakan kesempatan. Manfaatkanlah.
Ia memang tidak memaksaku untuk bekerja, tapi ia hanya menyarankan. Bukan hanya agar mendapatkan uang, tapi lebih ke memacu diri dan mengetahui sejauh mana diri bisa bersaing di kota sebesar Jakarta ini.
Untuk mengetahui dan merasakan juga lika-liku kehidupan dunia kerja di daerah perputaran uang ini.
Kedua, jika memang tidak ingin bekerja, ia menyarankanku untuk bergabung di komunitas-komunitas yang memang aku sukai. Sebagai wadah agar aku semakin berkembang kedepannya.
Ia sama sekali tak memaksaku untuk tetap ‘stay’ di rumah. Ia mendukung semua keputusanku, tapi juga mengarahkan ke hal-hal yang baik.
Ikut komunitas atau seminar atau lakukan hal-hal yang bisa membuat diri semakin berkembang kedepannya. Jangan mau hanya diam di tempat, ini Jakarta, persaingan semakin ketat. Setiap hari orang-orang tumbuh dan berkembang. Kalau lengah bisa-bisa diri kita yang akan ketinggalan.
Ketiga, ia menyarankanku untuk bangun lebih pagi. Menurutnya, jika aku bangun telat atau hanya bangun seperti orang kebanyakan, maka hasil yang aku dapatkan akan biasa-biasa saja. Maka aku akan hidup seperti layaknya kebanyakan orang.
Ia bilang, bangun lebih awal. Entah itu jam 3-an, lalu mulai nulis. Entah nulis blog atau nulis buku atau edit konten. Pokoknya, bangun lebih awal dan bergerak.
Lagi-lagi kalau tidak, diri ini akan tertinggal jauh dari orang kebanyakan. Ini Jakarta, kota sibuk. 24 jam tak berhenti. Kalau kita terlena, ya tinggal.
Lalu yang keempat, suami menantang aku untuk melakukan hal-hal positif setiap harinya. Meski aku di rumah saja untuk saat ini, ia tetap ingin istrinya berkembang. Jadi dalam sehari, aku harus menchalange diriku untuk menulis beberapa konten blog.
Lalu video, lalu membaca buku, lalu mengembangkan skill-skill yang nantinya akan aku butuhkan. Ia juga menyarankan untuk mendengarkan podcast-podcast bermanfaat.
Kelima, ia menyarankan agar aku mengurangi scroll sosmed hanya untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Ketimbang hanya scroll sosmed biasa, mending aku melakukan hal-hal positif.
Suami juga sering menghapus sosial medianya, seperti Instagram jika dirasa ia terlalu lalai. Penghapusan sosial media ini ia lakukan bukan sekali dua kali. Bahkan sering sejak kami sebelum menikah.
Bukan hanya seminggu, tapi bisa sampai sebulan lebih. Sementara aku tidak pernah menghapus sosial media yang aku punya lantaran banyaknya kerjaanku yang berhubungan dengan sosial media.
Keenam, pak suami mengatakan bahwa dari hasil pengamatannya selama hidup di Jakarta ini, semakin keras perjuangan seseorang itu, maka semakin ‘bagus’ juga hasil yang ia dapatkan. Tentu saja jika ia bisa bekerja dengan baik dan cerdas.
Ia menekankan padaku, mumpung masih muda, mumpung masih berdua, bekerja keraslah dulu. Nikmati berbagai ilmu. Nikmati rasanya berproses. Nikmati segala hal yang tidak akan bisa dinikmati lagi jika nanti sudah memiliki buah hati.
Jika masih banyak waktu, baca buku sebanyak-banyaknya, ikuti seminar, ikuti komunitas, dengerin podcast, cari pengalaman sana sini, dan lain sebagainya.
Oke deh, mungkin segini dulu. Sebenarnya deep talk semalam cukup panjang, tapi aku Cuma sampaikan enam poin-poin itu saja. Selebihnya ada yang privasi haha.
Sampai jumpa dipostingan lainnya. Salam sayang, Muthi Haura.
Jakarta Selatan, Kamis, 2 Maret 2023. 12.02 WIB.
0 komentar: